Tanya Jawab seputar Devosi Maria
Seminar "Devosi kepada Maria", Paroki Gembala Yang Baik, 27 April 2003

bersama Rm. Pieter Sony, SVD & Rm. Remigius Sene, SVD

Tanya Jawab seputar Devosi Maria




Gereja membedakan antara penyembahan (Latria) yang hanya dibaktikan kepada Allah saja dan penghormatan (Dulia) yang dihaturkan kepada orang-orang kudus. Devosi kepada orang-orang kudus termasuk penghormatan dan bukan penyembahan.

Orang kudus sama seperti kita. Hanya saja, dalam perjuangan iman mereka telah setia dan mencapai kemenangan.
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (II Tim 4:7-8).
Kini, para kudus telah ada bersama Allah di surga:
“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1 Kor 15:22-23)
Para kudus telah mencapai kemenangan dalam perjuangan iman dan sekarang mereka telah bersama Allah di surga. Kita yakin bahwa doa-doa mereka lebih didengarkan karena mereka telah menikmati hubungan akrab mesra dengan Tuhan. Bantuan dan dukungan doa mereka bagi kita tentulah sangat berguna. Jadi, kita mohon mereka untuk menjadi pendoa bagi kita.

Pada umumnya, Peristiwa Gembira kita renungkan pada hari Senin dan Sabtu, Peristiwa Cahaya pada hari Kamis, Peristiwa Sedih pada hari Selasa dan Jumat, dan Peristiwa Mulia pada hari Rabu dan Minggu. Tetapi, hal tersebut ditetapkan hanya sebagai pedoman umum. Artinya, peristiwa yang direnungkan tidak baku; kita bebas memilih peristiwa mana yang hendak kita renungkan atau kita anggap cocok untuk situasi tertentu. Misalnya saja, pada Masa Paskah kita cenderung merenungkan Peristiwa Mulia dan bukan Peristiwa Sedih. Contoh lain, pada saat seorang anggota keluarga meninggal, kita tidak akan merenungkan peristiwa gembira meskipun hari itu hari Senin, misalnya.

Tidak masalah. Untaian Rosario merupakan sarana yang membantu kita dalam mendaraskan doa Rosario. Apabila tidak ada manik-manik Rosario, kita dapat menggunakan jari-jari kita untuk menghitung sepuluh Salam Maria. Adalah jauh lebih baik berdoa Rosario tanpa menggunakan untaian Rosario, daripada sama sekali tidak berdoa Rosario .

Hal yang paling penting adalah niat dan usaha. Apabila pikiran kita menerawang atau bahkan kita tertidur saat berdoa Rosario, jangan berputus asa dan marah pada diri sendiri. Sebaliknya, bawa semua pelantunan dan kelemahanmu itu dalam doa.

Tidak salah. Rosario sudah diberkati, jadi kehadirannya membantu meyakinkan pemakai/pemilik bahwa ia tidak berjalan sendiri melainkan bersama-Nya.

Ekaristi Kudus adalah doa yang paling agung dan tinggi tingkatnya; semua umat beriman diharapkan ambil bagian di dalamnya secara khidmat dan khusuk. Kiranya perhatian kita hanya tertuju pada perayaan Ekaristi Kudus saja. Tetapi, Romo menambahkan bahwa dalam kalangan generasi tua memang ada kebiasaan seperti itu, mengingat pada masa lalu Ekaristi dipersembahkan dalam bahasa Latin yang tidak dipahami umat, sehingga mereka mengisinya dengan berdoa rosario.

Gereja terdiri dari umat yang majemuk. Generasi tua rindu menikmati perayaan Misa dalam bahasa Latin. Menurut mereka bahasa Latin itu indah, agung, sakral serta membangkitkan nuansa religius. Sebaliknya, generasi muda lebih menyukai perayaan Misa dalam bahasa Indonesia karena bahasanya kita mengerti dan kita pahami. Mengingat kemajemukan dalam umat itulah, gereja mengambil kebijaksanaan untuk tidak menyeragamkan, malahan mengganggap segala bentuk inkulturasi sebagai kekayaan gereja.

Sama seperti kita menempatkan foto orang-orang yang kita kasihi di dompet, di meja, dinding, dll, kita menempatkan patung kudus di rumah sebagai sarana bagi kita untuk menghidupkan kembali kenangan akan tokoh-tokoh yang kita cintai. Patung dan barang-barang kudus dimintakan berkat imam agar kehadirannya sungguh menjadi sarana rahmat dan berkat.
Lebih lanjut, Romo Remi menegaskan bahwa bukan hanya patung, tetapi setan dapat menggunakan apa saja untuk menggoda manusia. Kita tidak perlu takut patung kudus yang kita tempatkan di rumah menjadi tempat tinggal setan; justru kita harus takut apabila penghuni rumahlah yang menjadi tempat tinggal setan. Artinya, kelakuannya bukannya membawa cinta kasih dan perdamaian, melainkan kekacauan dan perpecahan dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar