Hidup Dalam Sakit
Tinjauan: Hidup Dalam Sakit


Mengenai Doa dalam Sakit
“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!” (Yak 5:13)
Doa
dalam sakit terkadang hanya sekedar berupa kata-kata singkat atau
teriakan minta tolong, sebab pikiran dan hati kita tak mampu menanggung
lebih dari itu. Namun demikian, walau hanya sepatah kata, ya bahkan
sekedar teriakan minta tolong, sudah cukup bagi Tuhan, yang melihat ke
kedalaman lubuk hati sebelum suatu kata diucapkan.
“Aku sangat menanti-nantikan TUHAN;
lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.” (Mzm 40)
Mendaraskan Kembali Doa-doa Harian
Sakit
kadang merupakan masa untuk mendaraskan kembali doa-doa harian yang
biasa kita daraskan di masa lampau, sebab seringkali doa-doa di masa
lampau membawa serta kenangan akan kesetiaan dan kasih Tuhan.
Mendaraskan kembali doa-doa tersebut dapat merupakan penghiburan bagi
kita di kala sakit.
Mendengarkan Sabda Tuhan
Kitab
Suci merupakan sumber yang baik untuk menimba kekuatan di masa sakit.
Kitab Suci memberikan penghiburan yang kuat dan dukungan yang unik
melalui beragam kisah orang-orang di masa lampau, yang seperti kita,
bergumul dengan penderitaan dan bergulat demi menanggapi iman.
Dengarkanlah
apa kata Elia dan Ayub, apa kata mereka yang berbicara dalam mazmur,
apa kata St Paulus Rasul, apa kata Maria, yang berdiri dekat salib
Putranya, apa kata Yesus yang ikut ambil bagian dalam penderitaan
orang-orang lain dan minum piala penderitaan itu Sendiri.
Sakramen-Sakramen
Karena
dalam sakramen-sakramen Kristiani diadakan tanda-tanda istimewa akan
kehadiran Kristus yang Bangkit, sepatutnyalah kita merayakannya juga
pada masa kita didera penyakit. Dalam sakit, dua sakramen mendapat
tempat istimewa dalam tradisi Katolik: Sakramen Pengurapan Orang Sakit
dan Sakramen Ekaristi.

Dalam
Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Yesus yang Bangkit menawarkan kepada
mereka yang sakit kuasa, bukan hanya untuk menanggung penderitaan dengan
gagah berani, melainkan juga untuk melawannya. Sakramen ini dirayakan
dengan tanda-tanda yang sederhana namun penuh kuasa. Yesus biasa
menjamah mereka yang sakit; dalam sakramen ini, imam menumpangkan
tangannya ke atas kepala si sakit yang hendak diurapi. Doa-doa
kesembuhan dipanjatkan. Kepala dan kedua tangan si sakit diurapi imam
dengan Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum) yang terbuat dari zaitun.
Pengurapan dengan minyak ini merupakan tanda pengingat akan pengurapan
yang diterima dalam Sakramen Baptis dan Sakramen Penguatan. Terkadang,
jika memang berguna bagi keselamatan, sakramen akan memulihkan kembali
kesehatan jasmani si sakit. Tak peduli dampaknya yang kelihatan pada
kesehatan jasmani si sakit, Sakramen Pengurapan Orang Sakit senantiasa
menganugerahkan rahmat pertolongan Tuhan atas siapa saja yang
menerimanya dengan penuh iman.
“Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus,”
“Semoga Tuhan membebaskan Saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di dalam rahmat-Nya.”
Sakramen
juga merupakan tanda persatuan kita dengan anggota Gereja yang lainnya,
maka keluarga si sakit yang diurapi, sahabat serta mereka yang terlibat
dalam perawatan si sakit hendaknya diundang untuk ikut ambil bagian
dalam Sakramen Pengurapan ini.
Sakramen
Pengurapan Orang Sakit dapat diterima oleh mereka yang kesehatannya
terganggu secara serius akibat penyakit atau usia lanjut, dan dapat
diulang jika keadaan pasien bertambah parah.

Sakramen
Ekaristi, tanda terpenting yang Kristus berikan kepada GerejaNya
sebagai kenangan akan kehadiran-Nya, juga merupakan sakramen yang
hendaknya diterima sesering mungkin pada masa sakit. Meski tak dapat
merayakan Ekaristi di Gereja, umat Kristiani hendaknya berusaha menerima
Komuni Kudus di rumah atau di rumah sakit. Yesus meyakinkan kita:
Jikalau seorang makan dari roti ini,
ia akan hidup selama-lamanya,
dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku,
yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. (Yoh 6:51)
Sakramentali: Tanda-tanda Rohani
Di
kala sakit, kita membutuhkan tanda pengingat akan kehidupan rohani.
Tradisi Katolik senantiasa menyarankan tanda-tanda yang kelihatan
seperti air suci (pengingat pembaptisan), salib, rosario, gambar-gambar
yang telah diberkati, guna mengarahkan akal budi dan membangkitkan
kesadaran kita akan kehadiran Tuhan. Pula hendaknya kita tak lupa
menempatkan tanda-tanda keindahan yang dapat menyemarakkan hati kita
ketika hati kita letih lesu. Setangkai bunga segar, tanaman hijau, kartu
ucapan, musik yang kita senangi dapat membangkitkan semangat dan
mendatangkan kekuatan tubuh. Dalam sakit, kita membutuhkan suatu
lingkungan yang menawarkan pengharapan.
Melawan Penyakit
Bagaimanakah
seharusnya kita menghadapi penyakit? Tentu saja tidak dengan penyerahan
diri yang fatal, atau mengingkarinya, atau lumpuh ketakutan.
“Sebagai
bagian dari rancangan penyelenggaraan ilahi adalah bahwa kita harus
dengan gigih melawan segala penyakit dan dengan cermat mengusahakan
rahmat kesehatan yang baik, agar kita dapat menunaikan peran kita dalam
masyarakat dan dalam Gereja. Namun demikian, haruslah kita senantiasa
siap untuk melengkapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus demi
keselamatan dunia sementara kita dengan rindu menantikan ciptaan
dibebaskan dalam kemuliaan anak-anak Allah” (Pengantar Umum, Pelayanan
Pastoral Pendampingan Orang Sakit, 3).
Kita hendaknya mengusahakan rahmat kesehatan yang baik dan mendayagunakan segala sarana yang ada untuk membantu kita.
Pada
saat yang sama, kita tahu bahwa jika kehidupan ini berakhir, maka
kehidupan yang lain akan dimulai. Sebagai umat Kristiani, kita
dipersatukan dangan Yesus Kristus, yang telah wafat namun bangkit
kembali. Pada saat pembaptisan, dalam diri kita dimulailah misteri wafat
dan kebangkitaan-Nya. Misteri ini, yang sekarang berkarya dalam diri
kita, menjanjikan kehidupan yang melampaui kehidupan ini. Pengharapan
kita melampaui yang sekarang.
Perawatan Medis dan Rohani
Melawan
penyakit berarti kita mencari perawatan medis yang baik dan dukungan
rohani yang kuat. Artinya, kita bekerjasama dengan yang lain:
“Orang
yang sakit bukanlah satu-satunya yang harus melawan penyakit. Para
dokter dan segenap mereka yang mengabdikan diri dalam berbagai cara demi
perawatan orang-orang sakit hendaknya menganggap sebagai kewajiban
mereka untuk mendayagunakan segala sarana yang dalam pertimbangan mereka
dapat menolong si sakit, baik secara jasmani maupun rohani. Dalam
melakukannya, mereka menggenapi perintah Kristus untuk melawat mereka
yang sakit, sebab Kristus menyatakan bahwa barangsiapa melawat orang
sakit hendaknya menaruh perhatian pada keseluruhan orang itu dan
menawarkan baik kelegaan jasmani maupun penghiburan rohani. (Ibid, 4)
Uluran Tangan dari Sesama
Sebagian
orang berusaha menanggung beban penyakit seorang diri saja, tetapi tak
ada saat di mana kita lebih membutuhkan dukungan sanak saudara dan teman
daripada saat kita sakit. Patut kita ingat analogi St Paulus yang jitu
ini: “Kamu semua adalah tubuh Kristus” yang saling dipersatukan sebagai anggota-anggota Tubuh-Nya. “Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.”
Masa sakit adalah masa di mana anggota keluarga, sanak-saudara dan
teman, bahkan mereka yang asing, membawa Kristus kepada kita.
Masyarakat
sekarang ini terlampau sering melihat mereka yang sakit, teristimewa
mereka yang sakit kronis, nyaris sebagai orang-oang yang tak berguna. Visi Kristiani menghormati mereka yang sakit seperti yang dilakukan dan disabdakan Kristus: Perhatian wajib diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar