Pages

Sabtu, 17 Desember 2011

Gembala Manakah yang Didengarkan Anak-anak?

Gembala Manakah yang Didengarkan Anak-anak?
oleh: P. William P. Saunders *


Saya banyak bertukar pikiran dengan teman-teman mengenai apa yang terjadi di Columbine High School dan mengapa hal itu terjadi. Tetapi, saya heran bahwa masalah ini tidak dibahas sama sekali di Gereja. Saya pikir kami membutuhkan bimbingan mengenai apa yang harus kami lakukan di sini. Mohon tanggapan.
~ seorang pembaca di McLean

Ada beberapa surat masuk dan banyak telepon maupun permintaan pribadi kepada saya untuk membahas masalah ini dalam Straight Answers. Berikut adalah apa yang saya sampaikan dalam homili kepada umat di paroki saya pada hari Minggu 25 April, Hari Minggu Paskah IV, yang dipersembahkan kepada Tuhan kita, Gembala Yang Baik:

The Trench Coat Mafia. Istilah ini tak asing lagi sekarang bagi kita semua. Siapakah yang akan mengira dua siswa junior di sekolah menengah atas akan merancang serta melaksanakan suatu rencana untuk menempatkan bom-bom rakitan sendiri di suatu sekolah dan kemudian memasuki sekolah tepat pukul 11:30 dengan bersenjata api dan mulai menembaki yang lain, dengan sasaran mereka yang berkulit hitam, atlit, dan siswa Kristiani yang saleh. Pada akhirnya, mereka membantai 12 siswa, 1 staff sekolah dan diri mereka sendiri. Kedua siswa itu mengakibatkan tak terhitung banyaknya orang luka-luka, bukan hanya luka secara fisik, melainkan juga luka secara emosional sepanjang hidup mereka. Gubernur Bill Owens mengatakan, “Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri anak-anak macam apakah yang kita besarkan. Inilah anak-anak yang tidak memiliki latar belakang moral yang sama dengan sebagian besar dari kita. Ini merupakan sesuatu yang tak dapat dijelaskan.”

Tetapi, ya, ada suatu penjelasan untuk itu. Setiap orang mendengar suatu suara dan memilih untuk mengikuti gembala itu. Dari sekian banyak suara-suara yang berteriak sekeliling kita, setiap orang hanya akan mengijinkan satu suara yang sungguh menggema dan menguasai jiwanya. Setiap orang memilih suara itu sebagai kebenaran, mengikuti jalannya serta mengikatkan diri kepadanya. Kedua pemuda belia ini memilih untuk mendengarkan suara Marylin Manson, seorang eksentrik yang menjadi bintang rock, yang mengklaim diri sebagai anti-Kristus dan yang lagu-lagunya beraliran setan. Mereka memuja Adolph Hitler. Mereka mendalami cabang budaya Gothic; mereka terbawa khayalan video games dan bertingkah bagai Matrix, Basketball Diary, dan Born Assassins; dari internet mereka belajar bagaimana merakit bom dan membunuh serentak, menyebabkan perbedaan antara kenyataan dan khayalan, dan perbedaan antara baik dan jahat, menjadi sesuatu yang kabur. Mereka mengasingkan diri dari masyarakat dengan busana, potongan rambut dan makeup ala mayat yang aneh. Pilihan akan kebenaran, jalan, dan kelompok ini menghasilkan buah-buah kebencian, kekerasan, kehancuran dan pada akhirnya kematian.

Saudara dan Saudariku terkasih, hanya ada satu suara, satu kebenaran, satu jalan yang adalah milik gembala sejati yang tidak hanya menjanjikan, melainkan memberikan jaminan hidup; Gembala itu adalah Yesus Kristus. Ia adalah Gembala Yang Baik. Ia adalah sungguh Allah yang menjadi juga sungguh manusia, menjadi sama seperti kita dalam segala hal terkecuali dosa. Ia adalah Gembala Sejati, yang datang demi mengumpulkan kita semua sebagai satu Gereja ke dalam kasih Allah. Ia datang demi mengumpulkan bukan hanya orang-orang percaya, melainkan bahkan juga orang-orang berdosa yang sesat.

Sebagai Gembala Yang Baik, Ia dengan sempurna menyingkapkan kebenaran Allah, kebenaran yang masih tetap berlaku dan masih tetap relevan entah apakah kita berpikir tentang 10 Perintah Allah ataukah prinsip-prinsip dasar seperti martabat manusia, kekudusan hidup manusia dari sejak saat pembuahan hingga kematian yang wajar, kesakralan perkawinan, dan kesakralan seksualitas manusia.

Sebagai Gembala Yang Baik, Ia memberi makan kawanan-Nya dengan hidup-Nya Sendiri dan terus melakukannya hingga sekarang melalui sakramen-sakramen. Coba renungkan anugerah mahaberharga Ekaristi Kudus: Dalam Komuni Kudus, Tuhan memberi kita makan dengan Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya. Yesus bersabda, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yohanes 6:54).

Dan sebagai Gembala Yang Baik, Ia menyerahkan nyawa-Nya demi dosa-dosa kita, dengan mempersembahkan kurban yang sempurna di atas altar salib. Dan, Ia bangkit demi menganugerahi kita janji akan kehidupan kekal.

Lebih dari itu, Ia terus membagikan kebenaran-Nya, makanan-Nya, jalan-Nya melalui Gereja-Nya. Ia menggambarkan DiriNya Sendiri bukan saja sebagai gembala, melainkan sebagai “pintu masuk” ke dalam kandang yang melindungi kawanan domba. Ya, Ia yang mendirikan Gereja, Ia yang melindungi Gereja, dan mengasihi Gereja seperti Tubuh-Nya Sendiri. Ia mengasihi setiap dan masing-masing anggota Gereja-Nya, dan menghendaki jangan pernah seorang pun hilang.

Patut senantiasa kita ingat, tak ada gembala atau yang dianggap Mesias, yang menyerahkan nyawanya sendiri demi segenap kawanan, dan kemudian bangkit dari antara orang mati. Tak ada gembala atau yang dianggap Mesias, yang kebenarannya bertahan melewati ujian waktu. Tak ada gembala atau yang dianggap Mesias, yang mengurbankan dirinya dan memberi makan kawanannya dengan hidupnya sendiri; sebaliknyalah ia memelihara kawanan bagaikan benalu. Tak ada gembala atau yang dianggap Mesias, yang kelompoknya mampu bertahan melewati ujian waktu, selain dari Gereja Katolik. Ya, Kristus adalah satu-satunya Gembala Sejati yang menyerahkan hidup-Nya; sementara yang lain adalah pencuri dan pembunuh yang menawarkan kebencian, kekerasan, kehancuran dan kematian.

Sebab itu, setelah segala tragedi ini, baiklah kita memperbaharui komitmen kita dalam mengikuti Yesus, Gembala Yang Baik. Suara-Nya haruslah senantisasa menggema dalam jiwa kita, kebenaran-Nya haruslah menjadi dasar hidup kita, makanan-Nya haruslah menopang kita, dan Gereja-Nya haruslah menjadi sumber kekuatan kita. Sementara komitmen yang demikian begitu genting pada masa dan abad kita sekarang ini, bagi masing-masing kita secara pribadi, janganlah kita lupa akan tantangannya juga. “Akulah gembala yang baik” (Yoh 10:11, Yoh 10:14). Kata “baik” dalam ayat tersebut diterjemahkan dari kata Yunani “kalos” yang arti sesungguhnya bukan hanya “baik”, melainkan juga “teladan”.

Yesus adalah Gembala Teladan, dan kita juga, yang mengikuti-Nya, wajib menjadi gembala teladan bagi yang lain. Para orangtua, jadilah gembala yang baik bagi anak-anak kalian. Anak-anak ingin mendengarkan suara kebenaran, mereka menghendaki jalan yang menghantar pada kebahagiaan, dan mereka merindukan makanan yang menopang hidup mereka. Tidakkah sungguh ironis bahwa dalam semua wawancacara terhadap para siswa setelah penembakan, mereka semua menceritakan bagaimana saat itu mereka berdoa: mereka melakukan sesuatu yang dilarang dilakukan di sekolah negeri. Tuhan tidak dikehendaki di sekolah negeri, perintah-perintah Tuhan dilarang diajarkan di sana. Namun demikian, jauh di dasar lubuk hati, kita sungguh merindukan suara itu, suara sang Gembala Yang Baik. Suara itu hanya dapat didengar apabila para orangtua membantu menggemakannya dalam hidup mereka sendiri.

Para orangtua, lihatlah keluargamu dan rumahmu. Adakah Kristus sang Gembala didapati di sana? Adakah kalian menjadi gembala yang baik bagi anak-anak kalian? Satu jam dalam Misa setiap minggu, satu jam dalam katekese atau pendalaman Kitab Suci setiap minggu, atau satu jam doa selama lima hari dalam seminggu, semua itu tidak pernah mencukupi. Di luar itu, suara siapakah yang berkuasa? Berdoalah bersama anak-anak kalian. Ajarilah mereka iman, bukan hanya sekedar teori melainkan melalui perbuatan kalian. Berbincanglah dengan anak-anak perihal hidup dan apa artinya menjadi seorang Kristen Katolik. Tanamkanlah dalam diri anak-anak kasih kepada Yesus dan kepada Gereja. Lihatlah apa yang dilihat anak-anak kalian. Dengarkanlah apa yang mereka dengarkan. Pahamilah apa yang mereka pahami. Kenalilah teman, sahabat dan keluarga-keluarga mereka. Cermatilah apa yang mereka lakukan. Ya, para orangtua wajib menjadi gembala yang memelihara jiwa anak-anak mereka.

Waktunya telah tiba untuk mengubah hidup kita dan kembali kepada Gembala Yang Baik. Masyarakat kita telah dan semakin terpuruk! Kita harus kembali kepada Kristus. Sebab Ia adalah satu-satunya gembala yang menghantar kita dengan selamat melalui padang rumput yang hijau dan melintasi lembah-lembah yang gelap. Ia adalah satu-satunya gembala yang menghantar kita ke surga dan ke kepenuhan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar