Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria
Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria

persetujuan resmi Paus Pius VII tahun 1815










Tujuan dari Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria adalah mendorong persatuan dengan sengsara Kristus melalui persatuan dengan sengsara istimewa yang ditanggung Santa Perawan sebab ia adalah Bunda Allah. Dengan mempersatukan diri dengan, baik Sengsara Kristus dan Dukacita BundaNya yang Tersuci, kita masuk ke dalam Hati Yesus dan menghormatinya dengan terlebih lagi; Yesus dihormati dengan terlebih lagi sebab kita begitu menghormati BundaNya.
Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria diambil dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kitab Suci. Devosi ini memiliki sejarah yang panjang, meskipun tidak secara resmi disebarluaskan Gereja hingga awal abad kesembilanbelas. Sebelum persetujuan resmi Paus Pius VII, Ordo Servite mendapatkan ijin pada tahun 1668 untuk merayakan Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; Ordo Servite banyak berupaya dalam mempopulerkan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria.
Pada Abad Pertengahan, Teologi Katolik memusatkan diri terutama pada Sengsara Kristus; namun demikian, di samping Manusia Sengsara, umat beriman senantiasa juga merenungkan dukacita Ratu Para Martir. Devosi kepada Kristus yang Tersalib dan kepada Santa Perawan Maria Berdukacita berkembang seiring. Di Kalvari, dalam satu pengertian, terdapat dua altar besar, yang satu adalah Tubuh Yesus, dan yang lain adalah Hati Maria yang Tak Bernoda. Kristus mempersembahkan Tubuh-Nya; Bunda Maria mempersembahkan hatinya, jiwanya sendiri. Setiap tanggal 15 September, sehari sesudah Pesta Salib Suci, Gereja mengenangkan belas kasih Santa Perawan Maria dalam Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; namun tepat juga dalam tahun liturgi, teristimewa dalam Masa Prapaskah, kita menghormati Dukacita Santa Perawan Maria.
Maria tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai Transfigurasi ataupun masuknya Yesus dengan jaya ke Yerusalem, tetapi ia diceritakan ada di Kalvari. Maria memahami benar apa Kehendak Allah dan ia setia serta taat, bekerjasama dengan Putranya sebagai Co-redemptrix. Ia telah mempersiapkan kurban bagi persembahan dan sekarang ia mempersembahkan-Nya di altar Kalvari.
Injil Yohanes 19:25 mengatakan, “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.” Atas amanat wasiat Kristus dari atas salib, Bunda Maria dimaklumkan sebagai Bunda seluruh umat manusia.
Maria mempunyai tiga kekasih dalam Hatinya yang Tak Bernoda: Tuhan, Putranya, dan jiwa-jiwa. Ia begitu mengasihi dunia hingga ia menyerahkan Putra tunggalnya. Seperti dikatakan St Bernardus, “Pedang tidak akan sampai kepada Yesus apabila ia tidak terlebih dahulu menembusi hati Maria.” Maria mencintai jiwa-jiwa; dan di Kalvari, setelah menanggung sengsara yang begitu keji, ia memperoleh ganjaran menjadi bunda segenap umat manusia.
Maria adalah Rasul, sebab ia adalah Co-redemptrix: Lihatlah Maria di Kalvari, ia berduka dan berdoa; ia berdiri, bagaikan seorang yang mempersembahkan kurban.
St Ambrosius mengatakan, “Aku membaca bahwa ia berdiri, tetapi aku tidak membaca bahwa ia menangis.” Ketika Maria menyerahkan Putra tunggalnya bagi kita, ia menyerahkan semuanya bagi kita. Sebab itu, dengan tepat dapat dikatakan: “Lihatlah hati ini yang begitu mengasihi segenap umat manusia hingga tak menyisakan sedikitpun bagi mereka.”

1. Aku akan menganugerahkan damai dalam keluarga mereka.

2. Mereka akan mendapatkan pencerahan mengenai misteri-misteri ilahi.

3. Aku akan menghibur mereka dalam kesesakan dan aku akan menyertai mereka dalam karya mereka.

4. Aku akan memberikan apapun yang mereka minta sepanjang tidak bertentangan dengan kehendak Putra ilahiku atau menodai kekudusan jiwa-jiwa mereka.

5. Aku akan membela mereka dalam pertempuran rohani melawan musuh neraka, dan aku akan melindungi mereka di setiap saat hidup mereka.

6. Aku akan memberikan pertolongan yang kelihatan di saat ajal mereka; mereka akan memandang wajah Bunda mereka.

7. Aku memperolehkan rahmat ini dari Putra Ilahiku, bahwa mereka yang menyebarluaskan devosi kepada airmata dan dukacitaku, akan direnggut langsung dari kehidupan duniawi ini ke kebahagiaan surgawi yang abadi, sebab segala dosa mereka telah diampuni, dan Putraku serta aku akan menjadi penghiburan dan sukacita abadi mereka.
1. Menyadari nilai suatu jiwa, yang begitu tak ternilai hingga dibayar dengan Kurban Agung di Kalvari.

2. Giat berkarya bagi jiwa-jiwa, melalui pewartaan, menunaikan kewajiban hidup, dan berdoa bagi orang-orang berdosa.

3. Berdoa senantiasa, hidup dalam persatuan dengan Tuhan; siapa pun yang memiliki hati serupa dengan Hati Yesus dan Hati Maria, akan bekerja demi keselamatan jiwa-jiwa.
Apabila kita berdosa, kita membuat Santa Perawan berduka, sebab dia adalah sungguh Bunda kita, Bunda rohani kita, dan ia merawat kita seperti merawat Bayinya, lebih dari dua ribu tahun yang lalu.
Adalah kehendak Yesus bahwa kita merenungkan Sengsara-Nya, berdevosi kepada-Nya dan memperbaharui duka kita atas dosa. Adalah kehendak-Nya juga, seperti yang diterangkan dengan jelas oleh Gereja, bahwa kita merenungkan belas kasih Maria dalam Sengsara-Nya.
Misa Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita memasukkan madah tradisional, Stabat Mater, yang menurut tradisi syair-syairnya dimasukkan ke dalam 14 Perhentian Jalan Salib. St Bonaventura dianggap sebagai pencipta madah ini. Kami menyajikannya di bawah ini secara keseluruhan baik dalam bahasa Latin maupun terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia. Di akhir renungan Tujuh Duka, akan kita dapati dua doa kepada Santa Perawan Maria Berdukacita: satu oleh St Bonaventura dan yang lainnya oleh St. Alfonsus Maria de Liguori.
LATIN Stabat mater dolorosa iuxta crucem lacrimosa dum pendebat filius cuius animam gementem contristantem et dolentem pertransivit gladius quam tristis et afflicta fuit illa benedicta mater unigenti quae maerebat et dolebat et tremebat dum videbat nati poenas incliti Quis est homo qui no fleret matrem Christi si videret in tanto supplicio Quis non posset contristari piam matrem contemplari dolentem cum filio Pro peccatis suae gentis vidit Iesum in tormentis et flagellis subditum vidit suum dulcem natum morientem desolatum dum emisit spiritum Eia mater fons amoris Me sentire vim doloris fac ut tecum lugeam Fac ut ardeat cor meum in amando Christum Deum ut sibi complaceam Sancta mater istud agas crucifixi fige plagas cordi meo valide tui nati vulnerati tam dignati pro me pati poenas mecum divide Fac me vere tecum flere crucifixo condolere donec ego vixero iuxta crucem tecum stare meque tibi sociare in planctu desidero Virgo virginium praeclara mihi iam non sis amara fac me tecum plangere fac ut portem Christi mortem passionis fac consortem et plagas recolere Fac me plagis vulnerari cruce had inebriari et cruore filii per te Virgo sim defensus inflamatus et accensum in die iudicii Fac me cruce custodiri morte Christi praemuniri confoveri gratia Quando corpus morietur fac ut animae donetur paradisi gloria | INDONESIA Dekat Salib, berdiri Bunda yang berduka berurai airmata, dekat dengan Yesus, akhirnya. Walau sukacita jiwa telah sirna, didera derita, dirundung duka, masih pula sebilah pedang menembusinya. Oh betapa pilu dan pedih. Adakah itu Bunda yang terberkati, dari seorang Putra yang tunggal! Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti, wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar dari Putra menawan yang penuh sengsara! Bunda Kristus yang terkasih memandang, dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat, Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis? Bunda Kristus yang terkasih merenungkan, piala sengsara yang harus direguknya, adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya? Oleh sebab dosa-dosa bangsa-Nya sendiri, ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan hingga Ia menyerahkan RohNya; dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat; ia memandang Putranya yang lemah lembut, sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan. Wahai, engkau Bunda sumber belas kasih. Sentuhlah rohku dari atas sana, jadikan hatiku serupa hatimu. Buatlah aku merasa seperti engkau merasa; buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur dalam kasih Kristus, Tuhan-ku. Bunda Tersuci, tembusilah hatiku. Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib. Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya; Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku, Ia, yang wafat disiksa demi aku. Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu, meratapi Dia yang meratapi aku, setiap hari sepanjang masa hidupku. Dekat salib aku tinggal bersamamu, di sana menangis dan berdoa bersamamu, hanya itu yang kuminta daripadamu. Perawan dari segala perawan yang terberkati, sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat; perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu. Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku, dalam tubuhku menanggung wafat Putramu yang meregang nyawa. Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya, benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya dalam Darah-Nya. Dekatlah aku, ya Santa Perawan, kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api pada murka hari penghakiman-Nya. Kristus, sebab itu, apabila Engkau memanggilku kelak, BundaMu adalah perlindunganku, Salib-Mu adalah kemenanganku. Walau tubuhku lebur dalam debu, kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu; aman bersama-Mu di surga. |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar